Home

Selasa, 18 Mei 2010

Menuntut Ilmu Agama Lebih Didahulukan dari Tarekat, Dzikir dan Wirid

Allah ta’ala memuji ilmu dalam beberapa ayat Al-Qur’an dan menganjurkan untuk menuntutnya. Rasulullah shallallahu‘alayhi wassallam juga menjelaskan keutamaan ilmu. Ini dikarenakan ilmu, yakni ilmu agama dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat. Ilmu agama dibutuhkan oleh para penguasa, orang tua; ayah dan ibu. Tidak ada satu lapisan masyarakat-pun yang tidak membutuhkan ilmu agama. Oleh karenanya begitu urgent ilmu agama ini, terutama di masa sekarang yang dipenuhi dengan kebodohan. Ketidaktahuan tentang ilmu halal dan haram betul-betul telah mengenai secara merata terhadap segenap perbuatan dan aktivitas masyarakat. Ketika di masa lalu, di masa-masa kejayaan, masa para sahabat, tabi’in, atba’ at Tabi’in dan setelahnya, ilmu agama banyak dipelajari, maka kondisi ummat Islam jauh lebih baik dari kondisi kita di masa kini.

Kehidupan dan Rihlah Ilmiah

Seorang alim besar, panutan para ahli tahqiq, rujukan para ahli tadqiq, pemuka ulama ‘amilin, Al-Imam Al-Muhaddits, seorang yang bertaqwa dan zuhud, mempunyai keutamaan dan tekun beribadah, mempunyai keistimewaan yang agung, beliau adalah Syekh Abu Abd Al-Rahman Abdillah Ibn Yusuf Ibn Abdillah Ibn Jami’ Al-Harari al-Syaibi Al-Abdari, mufti wilayah Harar. Beliau dilahirkan di kota Harar, sekitar tahun 1328 H/1910 R.

Beliau lahir dan dibesarkan dalam keluarga sederhana yang cinta ilmu dan ulama. Beliau membaca Al-Qur’an dengan tartil dan baik sejak umur 7 tahun, dan bahkan pada usia yang masih terbilang dini itu beliau hafal al-Qur’an 30 Juz di luar kepala. Beliau belajar dari ayahnya kitab Al-Muqaddimah al- Hadlramiyyah dan kitab Al-Mukhtashar ash-Shaghir,yang termasuk kitab fiqih yang masyhur di daerahnya. Kemudian beliau mendalami berbagai bidang keilmuan dengan menghafal berbagai matan ilmu agama.